GUNUNG LAWU (HARGO DALEM DAN PENGARIT-ARIT)
Oleh : KRAT. M. DWIJO ADINAGORO, S.Sos, M.Si
(Penulis :
Dosen, peneliti sosial politik dan budaya serta Abdi dalem keraton Surakarta
Hadiningrat)
BRAWIJAYA V (BRE
KERTABHUMI)
Madiun.(MjN.20/05/15)
Brawijaya ke V atau Raja pungkasan majapahit yang sangat fenomenal telah
melegenda di tanah jawa kejayaan
majapahit telah menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat jawa, Majapahit
runtuh setelah Brawijaya ke V memegang
tumpu pemerintahan dan banyak masuknya pengaruh didalam keraton menyebabkan
Brawijaya ke V bingung harus bagaimana akhirnya Brawijaya meninggalkan Keraton
Majapahit , sepeninggal runtuhnya
majapahit dan ditinggal Brawijaya banyak lahir
kerajaan –kerajaan yang
bermunculan di tanah jawa, konon Brawijaya V punya putra putri sebanyak
117 yang tersebar diberbagai belahan bumi nusantara, runtuhnya kerajaan
majapahit disebabkan dari dalam istana sendiri karena terjadi perang saudara
dan lahirnya agama baru ke jawa yang dibawa para penyiar arab yaitu agama “ ISLAM “ . niat Brawijaya V keluar
istana ingin menyatukan diri dengan lahirnya agama islam di tanah jawa. Dia
bingung antara tuntutan masuk islam atau tetap menganut agama leluhur,
perbedaan dari jiwa dan pikiran itulah yang ingin dijawab Brawijaya dalam Panepen.
Banyak tempat yang disinggahi Brawijaya dalam pelarianya termasuk gunung
tengger yang kebanyakan pendapat bahwa Brawijaya mengikuti matahari terbenam
dari keraton majapahit ke arah barat dan “notog” pada Alas Srigati atau Ketonggo
di Kabupaten Ngawi, di alas ketonggo inilah Brawijaya V melepas semua apa yang
dia bawa dari keraton bahkan baju “ Dodot” baju kebesaran raja beserta
mahkota raja dan semua barang barang yang di bawa dari kerjaan Majapaih.,
selanjutnya Brawijaya V hanya memakai Baju putih untuk naik Ke “Wukir
Mahendra “ atau biasa di kenal dengan nama “ GUNUNG LAWU” gunung yang ada diperbatasan jawa tengah dan jawa
timur.
GUNUNG LAWU (Wukir Mahendra)
Magetan (MjN.16/05/15)
Gunung lawu punya pesona tersendiri bagi para petualang baik local maupun
nasional bahkan Internasional, keindahan gunung lawu yang mendapat julukan
puncaknya merupakan sebuah “ NEGERI DI ATAS AWAN “ karena selalu
di tutupi kabut tebal merupakan keindahan yang tak bisa diungkapkan dengan kata
–kata, dan jalan menuju puncaknya yang biasanya di tempuh dengan berjalan kaki
antara 6 sampai dengan 8 jam sangat menantang terdapat beberapa pos pendakian
yang di gunakan para pendaki untuk menaiki gunung lawu antara lain Cemoro Sewu,
Cemoro Kandang dan Candi Cetho semuanya mempunya jalan yang cukup fantastis
tinggal kita memilih yang mana. Mungkin anda perlu tahu ini merupakan keunikan
tersendiri dan jarang ada dipuncak gunung ada orang jual Nasi Pecel namun di
gunung lawu ada yaitu warungnya Mbok Yem. Gunung lawu juga banyak menyimpan
peninggalan peninggalan dan tempat tempat yang dianggap keramat antara lain Jalak Gading (Konon ini penjelmaan
penunggu lawu), Sumur Jolo Tundo
(Konon Goa ini Tembus Pantai Laut Selatan) Sendang
Drajat (Sendang untuk mencari berkah ) Pasar
Dieng (Pasarnya para Lelembut ) Bulak
Peperangan (tempat Puputan Prajurit keraton zaman majapahit dan Demak) Puncak Hargo Dumilah 3.265 Mdpl (
puncak lawu) dan Hargo Dalem ( mukso
Brawijaya V) Candi Sukuh (candi
multi pituah) Candi Cetho (Konon
satu – satunya Candi Islah Kejawen) Candi
Ketek ( Candi Bersemayamnya roh penunggu lawu) Candi Sadon (Candi Kolo di timur Gunug lawu)
PENGARIT - ARIT (KASUNANAN SURAKARTA HADININGRAT)
Surakarta
(Mjn 21/05/15) Kegiatan ini bisanya dilakukan keraton Surakarta Hadingrat dan
Abdi dalem serta pengageng karena Gunung lawu merupakan pageran keraton
Surakarta di sebelah timur yang dijaga oleh Kanjeng Sunan lawu . Biasanya pengarit
arit dilakukan setiap bulan suro ritual di puncak Gunung Lawu
itu biasa disebut Pangarit-arit, yaitu mempersembahkan sesaji sebagai simbol mengenang para
pendiri Kerajaan Mataram yang dilakukan setiap bulan Suro. Andaikan
para pendaki gunung lawu sulit mencapai hargo dalem dan Sendang Drajat karena
faktor kesehatan dan faktor usia yang tidak memungkinkan untuk sampai ketempat
tempat tersebut, Keraton solo telah menyediakan tempat yang merupakan wakil
dari 2 tempat tersebut yaitu tempatnya di Pos Cemoro Sewu berjalan masuk Kira-
kira seratus meter disitu ada tempat Rumah kecil berukurah 10 meter persegi yang
merupakan pisowanan dari Punacak Hargo dalem dan Sendang Drajat. Tempatnya juga
“ Anteng
dan Sirum “ tempat ini di buat Keraton Surakarta Hadiningrat untuk
menghormati leluhur keratin yaitu Brawijaya Raja Majapahit yang Ke V yang Muksa
Di Hargo Dalem Gunung Lawu. Yang merupakan cikal bakal leluhur lahirnya Keraton
mataram dan Surakarta Hadiningrat.
HARGO DALEM (PAMUKSAN BRAWIJAYA V)
Karanganyar
(mjn 29/05/15) Tempatnya sangat elok terhampar di sabana rumput yang indah
serta pohon perdu pucuk merah menjadi pelengkap Hargo dalem yang merupakan
tempat seperti surga di atas puncak pegunungan dengan ketinggian 3.100 Dpl, apakah
Hargo dalem adalah tujuan Brawijaya ? suatu hari iya hening dalam hatinya
berkata akankah
jaman Kerajaan Majapahit dapat dipertahankan? Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya
bermeditasi memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dan wisik pun datang, pesannya : Sudah saatnya cahaya Majapahit memudar
dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan yang baru tumbuh serta masuknya
agama baru ( Islam ) memang sudah takdir dan tak bisa terelakkan lagi. Hargo dalem adalah sebuah
tempat yang sangat hening untuk melakukan ritual dan menyatukan diri dengan
sang pencipta dan konon di tempat inilah Eyang Brawijaya V melakukan Pamuksan
di tempat itulah sampai sekarang konon Raja-raja Sepeninggal Brawijaya V dan
Tokoh-tokoh Nasional seperti Presiden Sukarno, Presiden Suharto dan Bahkan Yang
terakhir Presiden Jokowi pernah singgah disini, membuat siapa saja bulu kudunya
merinding, membuat siapa saja ingin kesana. Mungkin inilah tempat terindah yang
diyakini Brawijaya V dan mungkin dipuncak tertinggi inilah di akhir hayatnya
brawijaya mampu menyatukan diri hati dan pikiran yang mampu menenangkan hatinya
menuju “ Sangkan Paraning Dumadi “paripurna. Dan mungkin salah satunya dia
berkeinginan kelak mampu melihat
keturunannya dari langit wukir mahendra (gunung Lawu ) mampu melihat anak
keturunannya menjadi raja - raja ditanah
jawa dari mulai demak, pajang, mataram, Yogyakarta, dan Surakarta Hadiningrat.
sumber pustaka : pengaritarit.blogspot.com