Senin, 08 Juni 2015

pengarit arit

GUNUNG LAWU (HARGO DALEM DAN PENGARIT-ARIT)
Oleh : KRAT. M. DWIJO ADINAGORO, S.Sos, M.Si
(Penulis : Dosen, peneliti sosial politik dan budaya serta Abdi dalem keraton Surakarta Hadiningrat)

BRAWIJAYA V (BRE KERTABHUMI)

Madiun.(MjN.20/05/15) Brawijaya ke V atau Raja pungkasan majapahit yang sangat fenomenal telah melegenda di tanah  jawa kejayaan majapahit telah menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat jawa, Majapahit runtuh setelah  Brawijaya ke V memegang tumpu pemerintahan dan banyak masuknya pengaruh didalam keraton menyebabkan Brawijaya ke V bingung harus bagaimana akhirnya Brawijaya meninggalkan Keraton Majapahit ,  sepeninggal runtuhnya majapahit dan ditinggal Brawijaya banyak lahir  kerajaan –kerajaan yang  bermunculan di tanah jawa, konon Brawijaya V punya putra putri sebanyak 117 yang tersebar diberbagai belahan bumi nusantara, runtuhnya kerajaan majapahit disebabkan dari dalam istana sendiri karena terjadi perang saudara dan lahirnya agama baru ke jawa yang dibawa para penyiar arab yaitu agama “ ISLAM “ . niat Brawijaya V keluar istana ingin menyatukan diri dengan lahirnya agama islam di tanah jawa. Dia bingung antara tuntutan masuk islam atau tetap menganut agama leluhur, perbedaan dari jiwa dan pikiran itulah yang ingin dijawab Brawijaya dalam Panepen. Banyak tempat yang disinggahi Brawijaya dalam pelarianya termasuk gunung tengger yang kebanyakan pendapat bahwa Brawijaya mengikuti matahari terbenam dari keraton majapahit ke arah barat dan “notog” pada Alas Srigati atau Ketonggo di Kabupaten Ngawi, di alas ketonggo inilah Brawijaya V melepas semua apa yang dia bawa dari keraton bahkan baju “ Dodot” baju kebesaran raja beserta mahkota raja dan semua barang barang yang di bawa dari kerjaan Majapaih., selanjutnya Brawijaya V hanya memakai Baju putih untuk naik Ke “Wukir Mahendra “ atau biasa di kenal dengan nama “ GUNUNG LAWU” gunung yang ada diperbatasan jawa tengah dan jawa timur.

GUNUNG LAWU (Wukir Mahendra)

Magetan (MjN.16/05/15) Gunung lawu punya pesona tersendiri bagi para petualang baik local maupun nasional bahkan Internasional, keindahan gunung lawu yang mendapat julukan puncaknya merupakan sebuah “ NEGERI DI ATAS AWAN “ karena selalu di tutupi kabut tebal merupakan keindahan yang tak bisa diungkapkan dengan kata –kata, dan jalan menuju puncaknya yang biasanya di tempuh dengan berjalan kaki antara 6 sampai dengan 8 jam sangat menantang terdapat beberapa pos pendakian yang di gunakan para pendaki untuk menaiki gunung lawu antara lain Cemoro Sewu, Cemoro Kandang dan Candi Cetho semuanya mempunya jalan yang cukup fantastis tinggal kita memilih yang mana. Mungkin anda perlu tahu ini merupakan keunikan tersendiri dan jarang ada dipuncak gunung ada orang jual Nasi Pecel namun di gunung lawu ada yaitu warungnya Mbok Yem. Gunung lawu juga banyak menyimpan peninggalan peninggalan dan tempat tempat yang dianggap keramat antara lain Jalak Gading (Konon ini penjelmaan penunggu lawu), Sumur Jolo Tundo (Konon Goa ini Tembus Pantai Laut Selatan) Sendang Drajat (Sendang untuk mencari berkah ) Pasar Dieng (Pasarnya para Lelembut ) Bulak Peperangan (tempat Puputan Prajurit keraton zaman majapahit dan Demak) Puncak Hargo Dumilah 3.265 Mdpl ( puncak lawu) dan Hargo Dalem ( mukso Brawijaya V) Candi Sukuh (candi multi pituah) Candi Cetho (Konon satu – satunya Candi Islah Kejawen) Candi Ketek ( Candi Bersemayamnya roh penunggu lawu) Candi Sadon (Candi Kolo di timur Gunug lawu)

PENGARIT - ARIT (KASUNANAN SURAKARTA HADININGRAT)

Surakarta (Mjn 21/05/15) Kegiatan ini bisanya dilakukan keraton Surakarta Hadingrat dan Abdi dalem serta pengageng karena Gunung lawu merupakan pageran keraton Surakarta di sebelah timur yang dijaga oleh Kanjeng Sunan lawu . Biasanya pengarit arit dilakukan setiap bulan suro ritual di puncak Gunung Lawu itu biasa disebut Pangarit-arit, yaitu mempersembahkan sesaji sebagai simbol mengenang para pendiri Kerajaan Mataram yang dilakukan setiap bulan Suro. Andaikan para pendaki gunung lawu sulit mencapai hargo dalem dan Sendang Drajat karena faktor kesehatan dan faktor usia yang tidak memungkinkan untuk sampai ketempat tempat tersebut, Keraton solo telah menyediakan tempat yang merupakan wakil dari 2 tempat tersebut yaitu tempatnya di Pos Cemoro Sewu berjalan masuk Kira- kira seratus meter disitu ada tempat Rumah kecil berukurah 10 meter persegi yang merupakan pisowanan dari Punacak Hargo dalem dan Sendang Drajat. Tempatnya juga “ Anteng dan Sirum “ tempat ini di buat Keraton Surakarta Hadiningrat untuk menghormati leluhur keratin yaitu Brawijaya Raja Majapahit yang Ke V yang Muksa Di Hargo Dalem Gunung Lawu. Yang merupakan cikal bakal leluhur lahirnya Keraton mataram dan Surakarta Hadiningrat.

HARGO DALEM (PAMUKSAN BRAWIJAYA V)

Karanganyar (mjn 29/05/15) Tempatnya sangat elok terhampar di sabana rumput yang indah serta pohon perdu pucuk merah menjadi pelengkap Hargo dalem yang merupakan tempat seperti surga di atas puncak pegunungan dengan ketinggian 3.100 Dpl, apakah Hargo dalem adalah tujuan Brawijaya ? suatu hari iya hening dalam hatinya berkata akankah jaman Kerajaan Majapahit dapat dipertahankan? Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dan wisik pun datang, pesannya : Sudah saatnya cahaya Majapahit memudar dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan yang baru tumbuh serta masuknya agama baru ( Islam ) memang sudah takdir dan tak bisa terelakkan lagi. Hargo dalem adalah sebuah tempat yang sangat hening untuk melakukan ritual dan menyatukan diri dengan sang pencipta dan konon di tempat inilah Eyang Brawijaya V melakukan Pamuksan di tempat itulah sampai sekarang konon Raja-raja Sepeninggal Brawijaya V dan Tokoh-tokoh Nasional seperti Presiden Sukarno, Presiden Suharto dan Bahkan Yang terakhir Presiden Jokowi pernah singgah disini, membuat siapa saja bulu kudunya merinding, membuat siapa saja ingin kesana. Mungkin inilah tempat terindah yang diyakini Brawijaya V dan mungkin dipuncak tertinggi inilah di akhir hayatnya brawijaya mampu menyatukan diri hati dan pikiran yang mampu menenangkan hatinya menuju “ Sangkan Paraning Dumadi “paripurna. Dan mungkin salah satunya dia berkeinginan  kelak mampu melihat keturunannya dari langit wukir mahendra (gunung Lawu ) mampu melihat anak keturunannya  menjadi raja - raja ditanah jawa dari mulai demak, pajang, mataram, Yogyakarta, dan Surakarta Hadiningrat. 


 sumber pustaka : pengaritarit.blogspot.com

foto dokumentasi